• Jelajahi

    Copyright © BNRI NEWS
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Figur Calon Bupati Takalar Ahmad Daeng Tonang: "Saya Bukan Sampah"

    Redaksi
    Rabu, 29 Maret 2023, 14:18 WIB Last Updated 2023-03-29T07:18:00Z
    -
    -


    Makassar  |  BNRI NEWS


    Founder Daeng Group, Haji Ahmad Daeng Tonang, membentangkan kisah hidupnya dalam sebuah Buku inspiratif bertajuk"Saya Bukan Sampah" segera terbit, ditulis tokoh literasi Sul-Sel yang juga sekretaris jenderal asosiasi penulis prevesional Indonesia pusat, Bachtiar Adnan Kusuma.

    Pounder Daeng Group ini,  memulai usaha sejak dimasa SMP jongaya, kecamatan Tamalate, kota Makassar, Merintis usaha sembako dengan membuka toko miliknya dipasar daya dan pasar pa"baeng-baeng, boleh dibilang unik dan menarik.

    Sebab diusia empat belas tahun. Ahmad Daeng Tonang memutuskan diri memilih usaha sendiri dari pada bergantung pada kedua orang tuanya yang juga dikenal pedagang sembako dipasar pa"baeng-baeng.

    Dimasa inilah, Ahmad Daeng Tonang berentraksi lansung dengan bisnis sembako, menyebabkan dirinya tidak punya waktu banyak bermain seperti teman-teman lainnya. Ia lebih banyak memanfaatkan waktunya mencari uang daripada bermain.

    Apalagi ia disebut oleh orang-orang sekelilingnya sebagai sampah."Semua orang menyebut saya sampah, kecuali ibu saya" Alasannya, karena semua usaha yang saya lakoni gagal, mengalami kebangkrutan dan mereka memberi julukan saya sampah" kenang Ahmad.

    Diusia 27 tahun, Ahmad memilih hijra keberbagai daerah, diantaranya, Timor Leste, Atambua, Kalimantan, Jakarta, dan Surabaya.

    Berkali-kali membuka usaha, Ahmad selalu gagal dan memilih kembali kekota Makassar. Ahmad yang membuka toko dipasar Daya atas modal dari ibunya dan memilih kembali kepadar pa"baeng-baeng untuk menenangkan diri.

    "Saya bersyukur karena selama masa menenangkan diri atas kebangkrutan yang saya alami, saya mendalami tarekat Khalwatiyah dan bergabung dijamaah tablig. "Ahmad juga mulai membaca buku-buku toko dan kisah suksesnya. Dan Ahmad bersyukur karena dalam setuasi yang serba sulit dan tidak menentu, ia kemudian menegaskan dirinya. "Saya Bukan Sampah", kenang Ahmad.

    Cerita Ahmad adalah sebuah penegasan cara mudah mencapai tujuan yang bermakna dengan memberdayakan diri secara maksimal "change limitin beliefs". Caranya, ditengah kegagalan yang dialaminya akibat bangkrut dari usaha, Ahmad memilih membaca buku-buku inspiratif sekaligus belajar tarekat.

    Sebab Ahmad memahami betul bahwa hukum kepercayaan menyebutkan bahwa hukum kepercayaan menyebutkan bahwa apapun yang anda percayai dengan sungguh-sungguh dan melibatkan emosi, akan menjadi kenyataan. Ahmad yakin betul bahwa banyak orang sering merasa yakin dan kemudian membuat alasan mengapa ia belum sukses atau gagal.

    Dengan melihat konteks kegagalan yang lebih utuh, bukan persial, membuat dirinya yakin bisa bangkit dari keterburukan.

    Sekembali merantau dari Jakarta, Ahmad memperoleh ilmu tentang metro. Artinya bahwa kota Jakarta sebagai kota metropolitan tidak pernah berhenti beraktifitas selama 24 jam. Disilah Ahmad merintis Coto Maros begadang 24 jam dikota Makassar.

    Pengagum teori biq banq yang sejurus dengan pernyataan Albert fisntein, menyebutkan bahwa masalah perubahan yang dihadapi bukanlah mengadopsi hal-hal yang baru, melainkan sulitnya membuang kebiasaan-kebiasaan lama.

    Karena itu, Ahmad kukuh, bahwa manusia adalah makhluk dinamis yang senantiasa berubah. Dan inilah yang dilakukan Ahmad Daeng Tonang melalui bendera usaha bernama daeng group sebuah gurita bisnis kuliner dengan memberdayakan orang-orang yang dipercayakannya. Ahmad  Tonang. Muttiara selatan.

    (Tds/ SH)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini