-
Makassar | BNRI NEWS
Mencintai dan Menghargai Budaya bisa dilakukan siapa saja, profesi apa saja. Termasuk Mbak Menuk Ragil Safitri ini. Sambil berjualan jamu keliling kota Makassar, perantau asal Klaten Jawa Tengah ini berbaju kebaya Bodo , busana adat khas Makassar . Kebetulan hampir seluruh Pejabat dan Stskeholder Pemkot Makassar hari itu merayakan Hari Budaya secara serentak di tempat masing masing.
Menuk Ragil Safitri (43) ibu dari 5 orang anak yang tinggal di Manggala Antang ini sadar bahwa dirinya seorang perantau. Hari itu kota Makassar sedang merayakan Pekan Budaya, sehingga menurutnya siapapun perlu turut merayakannya sebagai tanda cinta kelestarian budaya", katanya.
Selain berprofesi sebagai peracik dan penjual jamu gendong (namun saat ini sudah tidak menggendong lagi lantaran dijajakan dengan sepeda motor), keliling kota khususnya sekitaran Antang Manggala, ternyata juga punya profesi sampingan sebagai Penyanyi Campursari Sinden Jawa.
Mbak Menuk (panggilan akrabnya) sering ditanggap manggung di berbagai acara hajatan, khususnya pesta pengantin , diiringi orkes Campursari lengkap maupun Organ Tunggal.
Sudah lebih 15 tahun Menuk merantau di Makassar, pergaulan pun meluas tidak hanya sesama warga Jawa, namun seringkali berbaur dengan pelanggannya baik Suku Bugis, Makassar, Tator , Mandar serta semua suku bangsa yang ada di Sulawesi Selatan. Makanya tak heran, Menuk Ragil Safitri juga lumayan fasih berbahasa Makassar ketika mengapa tetangga dan pelanggan jamunya.
Bagi Menuk, hidup harus dijalani dengan santai, mengalir seperti air .Dimana kita bertempat tinggal, disitu kita harus bisa menyesuaikan diri termasuk menghargai Adat istiadat dan budaya lokal. Selamat Hari Budaya dan Semangat Indonesia ", tuturnya sambil menjajakan jamu keliling menyehatkan warga.
SamsuHD/ RediRG