-
Jakarta|BNRI NEWS
Beberapa tokoh dari B.K.R. Laut Semarang jang dahulu berasal dari
Pemuda Kaiji dan Pemuda S.P.T. (Sekolah Pelajaran Tinggi) Semarang dibawah pimpinan : Bp. Nazir, Bp. Agoes Soebekti, Bp. Soekamto, Bp. Wiranto dll. berhidjrah ke Demak dan Pati. Dikota Demak ini pemuda ex Kaiji, S.P.T. dan Pemuda petjinta samudera jang lain segera mengadakan konsolidasi. Konsolidasi jang mula2 terwudjud
dalam bentuk Laskar Rakjat Laut. Kemudian kembali mendjadi bentuk T.K.R. Laut.
Sesuai dengan Keputusan Presiden, tanggal 5 Oktober 1945 adalah merupakan hari lahirnja Tentara Keamanan Rakjat Indonesia. Di Demak ini muntjul tokoh baru dalam pimpinan T.K.R. Laut, jaitu :
Bapak Darwis Djamin, seorang saudagar kaja, jang memiliki kemampuan dalam penjempurnaan perlengkapan perbekalan anggauta T.K.R. Laut Demak. Karena kedudukan daerah Demak - Djepara
dipandang kurang strategis sebagai basis pertahanan melawan Sekutu/Belanda, maka diputuskan untuk meninggalkan daerah ini. Pasukan ini direntjanakan untuk dipindahkan kekota Tegal, suatu kota
dipantai Utara Djawa Tengah, jang memiliki kemungkinan masa depan jang luas terutama ditindjau dari segi strategi maritim.
Usaha menerobos kota Semarang untuk mentjapai kota Tegal dari
pasukan T.K.R. Laut ini, merupakan suatu tjerita legenda bagi ex
Pedjuang Bahari jang turut ambil bagian usaha penerobosan dari
Demak tersebut. Satunja djalan jang dapat ditempuh untuk menerobos Semarang ialah dengan kereta-api, maka semua pegawai K.A.
daerah Semarang segera dihubungi oleh pimpinan T.K.R. Laut, guna
membantu usaha penerobosan pasukan dari Demak ke Tegal. Kode tanda² atau isjarat serta hal jang diperlukan segera diatur dan diberi tahukan setjara rahasia kepada para pegawai kereta api mulai
dari masinisnja, tukang remnja sampai dengan tükang langsirnja
Dalam usaha ini demi keamanan beberapa pedjabat² jang tidak dipertjajai, diganti dengan orang lain dari fihak kita. Pasukan segera di-
siapkan masuk gerbong kereta api setjara tertib, semua djendela dan
pintu diperintahkan untuk ditutup terutama setelah kereta api mendekati kota Semarang, pada waktu memasuki setasiun Tawang dan
Pontjol. Kereta api berdjalan tjepat ladju tanpa berhenti, setasiun
Tawang dan Pontjol dilalui begitu sadja tanpa memperhatikan tanda
dari Kepala Setasiun dari kedua setasiun tersebut. Kondektur dan
penumpang jang menunggu dikedua setasiun Semarang itu keheranan
demikian pula petugas kereta api jang lain serta serdadu Sekutu
jang dinas djaga tidak mengetahui tentang peristiwa jang sebenarnja
itu. Mereka baru menjadari setelah kereta api beberapa puluh meter
lewat didepan hidung mereka. Segera dari sendjata Serdadu Sekutu
tersebut bermuntahan peluru mengedjar kereta api jang sudah lewat
itu. Tetapi sudah terlambat, gerbong kereta api sudah diluar djang-
kauan peluru sendjata Sekutu itu. Kereta api berdjalan terus tanpa
halangan, selamat tiba dikota Tegal.
diunggah Oleh: (Benny Antares/Red.Fiyan)
Sumber : KORPS KOMANDO AL , DARI TAHUN KE TAHUN, BAGIAN SEJARAH KKO-AL, DJAKARTA , 1971